Kuliah Umum Kepala BPOM RI di ITB: Menegaskan Pentingnya Kolaborasi Triple Helix dalam Hilirisasi Riset Farmasi

Oleh SF ITB -

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (SF ITB) menyelenggarakan kuliah umum di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Kamis (17/4/2025). Acara ini menghadirkan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM RI) Taruna Ikrar sebagai narasumber, dengan topik “Kemandirian Industri Farmasi Lokal: Tantangan, Peluang, dan Peran Regulator dalam Mendorong Produk Biosimilar”.

Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 400 peserta dari berbagai kalangan, termasuk perwakilan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, Balai Besar POM (BBPOM) di Bandung, serta pimpinan dari sejumlah industri farmasi nasional. Acara ini juga dihadiri oleh pimpinan institusi pendidikan, akademisi, dan mahasiswa baik dari SF ITB maupun dari berbagai perguruan tinggi lain di wilayah Bandung Raya. Kuliah umum ini dihadiri oleh Rektor ITB Tatacipta Dirgantara, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jendral Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek I Ketut Adnyana, dibuka oleh Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan ITB Irwan Meilano, dan dipandu oleh Direktur Kealumnian dan Pengembangan Karir ITB yang juga Guru Besar SF ITB Sophi Damayanti.

Dalam kuliah umumnya, Kepala BPOM RI menyoroti potensi strategis produk biosimilar, yaitu produk biologi dengan mutu, keamanan, dan khasiat yang serupa dengan produk originator. Dengan perkembangan teknologi, sekitar 65% produk farmasi global saat ini merupakan produk biologi, dan hanya 35% masih berbasis kimia sintesis. Dengan meningkatnya prevalensi penyakit kronis seperti kanker, autoimun, dan diabetes, kebutuhan terhadap terapi inovatif semakin besar. Produk biosimilar dinilai mampu menurunkan biaya pengobatan dan memperluas akses pasien terhadap terapi tersebut. Indonesia pun memiliki pasar domestik yang besar dan potensi SDM yang mumpuni, terutama dari institusi pendidikan tinggi yang berperan dalam riset dan pengembangan.

Sebagai bentuk komitmen mendukung inovasi, BPOM RI memberikan pendampingan menyeluruh dari tahap riset awal, uji praklinik dan klinik, hingga proses registrasi dan pengawasan pasca pemasaran. Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2016 menjadi dasar percepatan pengembangan industri farmasi dan alat kesehatan, yang diperkuat melalui penerapan standar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) serta evaluasi berbasis data ilmiah mengenai mutu, keamanan, dan khasiat produk.


Taruna juga memaparkan potensi pengembangan produk biologi dan Advanced Therapy Medicinal Products (ATMP) sebagai bagian dari revolusi pengobatan modern. Produk berbasis sel dan gen ini menawarkan pendekatan terapi yang sangat personal dan spesifik. BPOM RI saat ini telah menyusun kerangka regulasi ATMP bersama Kementerian Kesehatan untuk memastikan keamanannya di Indonesia.

Namun, Kepala BPOM RI juga menyoroti tantangan besar dalam hilirisasi hasil riset. Masih terbatasnya riset dasar yang menghubungkan objek riset dengan pola penyakit, kurangnya penelitian translasi dan pengembangan klinik, serta keterbatasan dalam proses persetujuan regulator seperti FDA menjadi hambatan nyata. Untuk mengatasi hal ini, Taruna menekankan pentingnya konektivitas dan kolaborasi triple helix antara akademisi, industri, dan pemerintah. Kuliah umum ini juga dapat menjadi ruang diskusi interaktif antara regulator, akademisi, dan industri dalam membahas strategi konkret mendorong kemandirian farmasi nasional. Melalui Kolaborasi triple helix, diharapkan Indonesia dapat memperkuat posisi dalam pengembangan dan produksi produk biosimilar yang kompetitif, berdaya saing, dan berkontribusi pada sistem kesehatan yang lebih inklusif.

Di tengah pesatnya perkembangan Artificial Intelligence (AI), Kepala BPOM RI juga menegaskan bahwa dalam bidang kesehatan, khususnya produk biologi, AI tidak bisa menggantikan peran manusia. Kompleksitas dan dinamika tubuh manusia menjadikan pendekatan farmasi tidak dapat sepenuhnya diotomatisasi. Oleh karena itu, sektor kefarmasian tetap memiliki peran strategis jangka panjang, termasuk dalam pengembangan biosimilar dan ATMP. BPOM RI sebagai regulator terus mendorong terciptanya ekosistem yang kondusif untuk inovasi melalui penyusunan regulasi yang adaptif, harmonisasi standar mutu dan keamanan, serta integrasi produk dalam negeri termasuk produk biologi dan biosimilar ke dalam sistem pengadaan nasional. Langkah-langkah ini diharapkan mampu mempercepat pertumbuhan industri farmasi nasional yang mandiri dan berdaya saing.

Selain memberikan paparan ilmiah, Kepala BPOM RI juga melakukan kunjungan ke sejumlah fasilitas unggulan di lingkungan SF ITB, yaitu Drug Delivery System Research Institute ITB–Daewoong Foundation, Apotek Pendidikan, dan Pojok Herbal. Kunjungan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat sinergi antara institusi pendidikan tinggi dan regulator dalam membangun ekosistem riset dan inovasi farmasi nasional yang berkelanjutan.

#sekolah farmasi #sf itb #kuliah umum #bpom ri