Cerita Farhan Rizqi, Mahasiswa ITB yang Berkesempatan IISMA ke University of Waikato, New Zealand
Oleh Devi Berliana Pratiwi - Mahasiswa Sains dan Teknologi Farmasi, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Farhan Rizqi atau yang sering disapa Farqi, mahasiswa jurusan Sains dan Teknologi Farmasi, Sekolah Farmasi ITB, mengikuti program Indonesian International Student Mobility Award atau IISMA. Ia berkesempatan mengikuti exchange ke University of Waikato, Hamilton, New Zealand.
Alasannya memilih New Zealand untuk program ini salah satunya karena pengalamannya tinggal di sana. Sebelumnya, pada tahun 2016, ia sudah pernah mengikuti kegiatan pramuka, yakni Jamboree New Zealand. Selain itu, aspek kualitas kehidupan di sana serta keterbukaan terhadap budaya negara lain mendasari keputusannya tersebut.
Di University of Waikato, ia mempelajari tentang budaya visual dan cara membacanya melalui kelas Understanding Visual Culture. Di samping itu, dia juga mengambil mata kuliah seperti Fundamentals of Successful Marketing, Character and Intercultural Capabilities in Organization, dan Promoting Mental and Physical Health.
Berada di negara orang, bukanlah hal mudah. Ia perlu beradaptasi sekitar lebih dari 2 pekan karena banyak hal yang terasa asing baginya. Berbagai macam aspek dari segi harga barang, cara naik transportasi umum, pelaksanaan kelas, dan kesunyian di malam harinya. Namun, terdapat hal yang ia syukuri karena dipertemukan dengan teman-teman satu asrama yang terbuka untuk saling membantu dan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Hamilton yang seolah menjadi keluarga baginya.
Melalui program IISMA ini dia dapat berinteraksi dan berteman baik dengan orang dari berbagai negara seperti Vietnam, Jerman, India, dan Srilanka. “Bagi aku salah satu pelajaran hidup di sana adalah cara hidup bertoleransi dengan perbedaan etnis, agama, gender, seksualitas, dan lainnya yang berbeda. Ketika dihadapkan dengan perbedaan bukan menjauh tetapi dihadapi dan bagaimana bisa hidup berdampingan dengan adanya perbedaan itu,” tuturnya.
Selama di sana, banyak pengalaman berharga, pelajaran, serta motivasi untuknya melanjutkan studi di luar negeri. “Semenjak di sana, aku merasa membuat diriku lebih baik saat kembali ke Indonesia. Mulai dari cara bertoleransi, cara komunikasi, hingga cara menghadapi suatu masalah,” ujarnya.
Reporter: Devi Berliana Pratiwi (Sains dan Teknologi Farmasi, 2021)