ITB Geothermal Workshop: Investasi Pembangunan SDM untuk Energi Ramah Lingkungan
Oleh Muhammad Hanif
Editor Muhammad Hanif


Industri geotermal di Indonesia masih terkendala harga jual listrik yang telah diproduksi. "Karena industri ini merupakan industri yang padat modal, kami harap pemerintah juga dapat menyesuaikan harga produknya juga," ujar Sanusi. Hal tersebut senada dengan pernyataan Slamet Riyadi.
Selain harga jual, SDM juga menjadi perhatian serius dalam pengembangan potensi geotermal di Indonesia. "Saat ini kita belum memiliki jumlah sumber daya manusia yang cukup untuk memenuhi potensi geothermal di Indonesia," ujar Sanusi Satar. Menurutnya, untuk memaksimalkan potensi geothermal yang dimiliki setidaknya membutuhkan 5 hingga 7 geoscientist untuk mengekslorasi titik-titik geothermal.
"Di Pertamina sendiri baru memiliki 17 SDM geoscientist untuk menangani proyek-proyek yang ada di Indonesia, sedangkan yang akan datang ada sekitar 11 wilayah kerja geothermal baru yang siap dieksplorasi dan dieksploitasi," tambah Slamet Riyadi. Sanusi menambahkan bahwa di tiap wilayah kerjanya terdapat puluhan titik eksploitasi, seperti di Kamojang sekitar 80 titik, sedangkan di Wayang Windu sekitar 40 titik.
Gencarkan Pembangunan SDM Geothermal
Untuk menjawab kebutuhan SDM di bidang geothermal, ITB sebagai satu-satunya institut yang membuka Program Studi Geotermal di dunia berusaha meningkatkan kinerjanya untuk peningkatan kuantitas dan kualitas teknisi-teknisi di bidang geotermal.
Nenny Saptadji mengungkapkan, "Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang geotermal dan ITB berusaha memenuhi kebutuhan SDM di bidang geotermal dengan membuka program magister teknik panas bumi."
Dukungan berdatangan dari banyak pihak untuk mendukung program ini termasuk dari industri dan pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). "Dari Mendikbud, kita diberikan 20 beasiswa untuk program ini," ujar Nenny. Selain dari Kemendikbud, perusahaan juga mendukung lewat pemberian beasiswa dan program-program training untuk mahasiswa magister tersebut.
Selain harga jual, SDM juga menjadi perhatian serius dalam pengembangan potensi geotermal di Indonesia. "Saat ini kita belum memiliki jumlah sumber daya manusia yang cukup untuk memenuhi potensi geothermal di Indonesia," ujar Sanusi Satar. Menurutnya, untuk memaksimalkan potensi geothermal yang dimiliki setidaknya membutuhkan 5 hingga 7 geoscientist untuk mengekslorasi titik-titik geothermal.
"Di Pertamina sendiri baru memiliki 17 SDM geoscientist untuk menangani proyek-proyek yang ada di Indonesia, sedangkan yang akan datang ada sekitar 11 wilayah kerja geothermal baru yang siap dieksplorasi dan dieksploitasi," tambah Slamet Riyadi. Sanusi menambahkan bahwa di tiap wilayah kerjanya terdapat puluhan titik eksploitasi, seperti di Kamojang sekitar 80 titik, sedangkan di Wayang Windu sekitar 40 titik.
Gencarkan Pembangunan SDM Geothermal

Nenny Saptadji mengungkapkan, "Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang geotermal dan ITB berusaha memenuhi kebutuhan SDM di bidang geotermal dengan membuka program magister teknik panas bumi."
Dukungan berdatangan dari banyak pihak untuk mendukung program ini termasuk dari industri dan pemerintah lewat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). "Dari Mendikbud, kita diberikan 20 beasiswa untuk program ini," ujar Nenny. Selain dari Kemendikbud, perusahaan juga mendukung lewat pemberian beasiswa dan program-program training untuk mahasiswa magister tersebut.