Orasi Ilmiah Dr. M. Fauzan Adziman: Peran Kunci Perguruan Tinggi Membangun Ekosistem Hilirisasi
Oleh Indira Akmalia Hendri - Mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
BANDUNG, itb.ac.id – Dr. M. Fauzan Adziman, S.T., M.Eng., menyampaikan orasi ilmiah dalam Sidang Terbuka Dies Natalis ke-66 Institut Teknologi Bandung, Senin (3/3/2025). Dengan judul "Peran Kunci Perguruan Tinggi dalam Membangun Ekosistem Hilirisasi: Pelajaran dari Universitas Oxford", beliau membagikan pengalaman 11 tahun terakhirnya di ekosistem inovasi Universitas Oxford dalam mengembangkan industri manufaktur berbasis hilirisasi.
Dr. Fauzan menyoroti dualitas peran perguruan tinggi di seluruh dunia. Di satu sisi, perguruan tinggi memiliki potensi besar dalam mendorong kemajuan negara melalui pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas, inovasi penelitian, serta komersialisasi dan transfer teknologi yang mendukung pembangunan berkelanjutan. Di sisi lain, tantangan yang dihadapi juga tidak sedikit, seperti keterbatasan anggaran, ketimpangan kualitas antar perguruan tinggi, hingga relevansi kurikulum yang belum sepenuhnya selaras dengan kebutuhan industri. Dengan demikian, perguruan tinggi harus lebih adaptif terhadap perkembangan global tanpa mengabaikan kebutuhan lokal.
Berdasarkan pengalamannya pada ekosistem inovasi di Universitas Oxford, Dr. Fauzan menjelaskan bahwa pengembangan perusahaan spin-out umumnya melewati tiga fase utama, yaitu tahap pra-inkubasi, tahap pembangunan, serta tahap peluncuran hasil.
“Tahap pertama adalah pra-inkubasi, di mana tim technology transfer melakukan pitching ke investor, mengevaluasi potensi pasar, serta menguji kelayakan produk atau teknologi yang dikembangkan. Setelah itu, masuk ke fase pembangunan, saat inovasi mulai dikembangkan menjadi bisnis yang lebih matang dengan dukungan dana dan sumber daya yang lebih besar. Tahap terakhir adalah fase hasil, di mana perusahaan siap meluncurkan produk ke pasar. Pada tahap ini, peran tim hukum menjadi sangat krusial dalam mengamankan hak kekayaan intelektual, menyusun kontrak bisnis, serta memastikan kepatuhan terhadap regulasi industri,” ujarnya.
Langkah-langkah tersebut membantu membentuk SDM yang dapat berperan penuh dalam ekosistem hilirisasi, dengan pengalaman kepemimpinan di dunia akademisi, penelitian industri, dan perusahaan. Proses ini tidak hanya mencetak individu yang kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki pemahaman strategis dalam menghubungkan riset dengan kebutuhan pasar. Dalam jangka panjang, keberlanjutan ekosistem tersebut bergantung pada kolaborasi dengan berbagai mitra strategis, baik dari kalangan akademisi, industri, maupun pemerintah, guna memastikan hilirisasi inovasi berjalan secara optimal dan berdampak luas.
Dr. Fauzan menekankan pentingnya memiliki pola pikir terbuka (be open-minded), karena tidak semua ide penelitian akan menghasilkan keuntungan bisnis secara langsung. Namun, investasi dalam ilmu pengetahuan dan teknologi tetap menjadi salah satu cara terbaik untuk meningkatkan nilai tambah ekonomi. Hasil penelitian yang baik tidak hanya menyelesaikan keluhan masyarakat, tetapi juga menghadirkan solusi yang berkelanjutan bagi masa depan.
Reporter: Indira Akmalia Hendri (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2021)