������Ƶ

Pameran ini memberikan pandangan bahwa lapisan dalam arsitektur dapat dianalogikan dengan tubuh manusia, yang terdiri atas kulit (skin), daging (flesh), tulang (bone), dan jiwa (soul). Keempat lapisan ini berperan penting sebagai satu-kesatuan untuk menciptakan arsitektur yang tidak hanya kokoh dan nyaman, tetapi juga memiliki nilai estetika dan makna yang mendalam bagi penggunanya.

Kulit (skin) merupakan lapisan terluar yang membentuk fasad atau selubung bangunan. Elemen ini berfungsi sebagai pelindung dan penanda visual yang mencerminkan karakter material dan desain arsitektur. Pada bangunan, "kulit" meliputi tampilan eksterior, jenis material yang digunakan, serta konsep fasad yang diterapkan.

Daging (flesh) sebagai pengisi ruang dalam arsitektur yang mencakup tata letak interior, zonasi ruang, serta hubungan antar area di dalam bangunan. Lapisan ini menciptakan pengalaman spasial bagi pengguna dan dapat diterapkan dalam bentuk interior, paviliun, hingga ruang terbuka seperti taman.

Tulang (bone) berperan sebagai elemen struktural yang memberikan kekuatan dan kestabilan pada bangunan. Teknologi dan material konstruksi yang digunakan dalam struktur sangat menentukan ketahanan serta efisiensi bangunan secara keseluruhan.

Jiwa (soul) mewakili dampak arsitektur terhadap penggunanya, baik secara emosional, fungsional, maupun filosofis. Lapisan ini mencerminkan konsep desain, aktivitas manusia yang berlangsung di dalamnya, serta makna yang ingin disampaikan oleh arsitek kepada masyarakat.

Exhibition Director Nicolas Ciu mengatakan bahwa pameran ini merupakan upaya memperkenalkan dan meningkatkan eksposur karya massa IMA-G kepada publik. Selain itu, karya-karya yang dipamerkan diharapkan dapat menginspirasi publik, khususnya para pelajar yang tertarik melanjutkan pendidikan di bidang arsitektur.

Pameran ini menampilkan lebih dari 75 karya, termasuk fotografi, desain grafis, maket, majalah, karya studio, dan karya sayembara yang dihasilkan oleh 50 mahasiswa program studi Arsitektur. Menariknya, sebagian dari karya tersebut dipamerkan di atas meja studio untuk menciptakan suasana khas ruang kerja arsitektur dan membawa pengalaman studio ke dalam pameran.

Proses arsitektur juga dipresentasikan dalam pameran ini melalui instalasi dari program kerja Archicare, Divisi Sosial Masyarakat IMA-G. Pameran ini ingin menunjukkan bahwa arsitektur bukan sekadar hasil akhir, tetapi juga melibatkan proses yang mendalam dan partisipatif. Hal ini tercermin dalam program Archicare saat melakukan revitalisasi Taman Barokah, yang mengadopsi pendekatan Customer Journey Map (CJM). Prosesnya melibatkan berbagai tahap, seperti membangun kepercayaan dengan anak-anak melalui permainan, praktik daur ulang, lokakarya desain untuk merancang taman bermain sesuai keinginan mereka, serta sesi umpan balik sebelum akhirnya memasuki tahap pembangunan. Dengan keterlibatan aktif ini, anak-anak tidak hanya menjadi pengguna, tetapi juga memiliki ikatan emosional dengan taman yang mereka bantu wujudkan.

Setiap hari, pameran ini menghadirkan diskusi publik yang mengangkat beragam topik menarik, seperti fotografi, karya studio arsitektur, program Archicare, serta sayembara musala FTMD. Diskusi ini menjadi wadah interaktif bagi pengunjung untuk bertukar pikiran, berbagi pengalaman, dan mendalami lebih jauh berbagai aspek arsitektur yang dipamerkan.

"Harapannya, pameran ini dapat menginspirasi publik untuk lebih memahami arsitektur secara mendalam. Selain itu, semoga pameran ini juga menjadi langkah bagi massa IMA-G untuk terus berkembang," ujar Nicolas.

Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)