Seminar Kepemimpinan BCA-ITB: Aksi Bukan Posisi
Oleh Bayu Rian Ardiyansyah
Editor Bayu Rian Ardiyansyah


Seminar ini dibuka oleh sambutan dari Brian Yuliarto, Ph.D selaku Kepala Lembaga Kemahasiswaan ITB. Dalam sambutannya, Brian menekankan pentingnya modal kepemimpinan bagi mahasiswa dalam menghadapi persaingan yang semakin tinggi ke depan terutama dengan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN mulai tahun depan. Brian menjelaskan bahwa untuk menghadapinya, mahasiswa perlu memiliki tiga hal penting yang harus dikuasai saat ini, yaitu kompetensi, kemampuan hubungan sosial, dan networking.
Pada sesi selanjutnya, beberapa alumni ITB yang bekerja pada jajaran top manajemen BCA hadir untuk berbagi pengalaman mereka tentang dunia kerja. Mereka adalah Inge Setiawati (alumni Arsitektur 1985), Angga Ari Saputra (alumni Teknik Elektro 2001), dan Puspa Indah (alumni Farmasi 2003). Meskipun ketiganya tidak berkuliah di jurusan yang berhubungan dengan dunia perbankan, mereka mengakui bahwa pilihan berkarir di perbankan sebagai bentuk pengembangan diri sesuai passion masing-masing. "Menangani manusia adalah hal yang paling sulit dalam bekerja. Oleh karena itu, kita bekerja bukan hanya menerapkan pengetahuan saja. Yang paling penting adalah memiliki kepemimpinan," tutur Inge yang kini menjabat sebagai Sekretaris Perusahaan BCA.
Hendra memulai sesi sharing dengan pernyataan bahwa kepemimpinan adalah terkait dengan aksi bukan posisi. "Ada tiga tingkatan proses kepemimpinan yang bertahap dimulai dari tingkat paling dasar yaitu memimpin diri sendiri, mengarahkan diri pada hal-hal yang memberi manfaat dan membuang yang tidak berguna, sehingga nantinya mumpuni dalam keterampilan teknisnya dan handal sebagai pemimpin. Baru setelah itu, kita bisa memimpin orang lain hingga akhirnya siap memimpin organisasi," tutur Hendra.
Untuk semakin menambah pengetahuan mahasiswa, Hendra mempersilahkan Harsono Budihardja, Kepala BCA Cabang Bandung, untuk berbagi pengalamannya. Harsono merupakan sosok yang berpengalaman karena telah berkarir selama 22 tahun hingga akhirnya memasuki masa pensiun. "Menurut saya, model kepemimpinan yang paling cocok adalah nilai kepemimpinan yang diajarkan Ki Hajar Dewantoro. Pemimpin harus bisa bertindak dalam tiga peran, yaitu ing ngarso sung tuladha (di depan memberi keteladanan), ing madya mangun karsa (di tengah ikut terlibat dalam tim), dan tutwuri handayani (di belakang memberi apresiasi dan motivasi)," tutur Harsono.
Di akhir seminar, panitia mengumumkan sepuluh mahasiswa yang berhasil mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan Chief Executive Officer BCA. Sepuluh orang tersebut merupakan mahasiswa yang dipilih berdasarkan penulisan essai tentang kepemimpinan yang telah dikirimkan sebelumnya. "Langkah kecil bisa memberikan dampak signifikan jika dilakukan terus dengan konsisten. Ambil aksi mulai dari sekarang dan tidak usah muluk-muluk, mulai saja dari hal yang paling kecil, yaitu memimpin diri sendiri," pesan Hendra.

Hendra memulai sesi sharing dengan pernyataan bahwa kepemimpinan adalah terkait dengan aksi bukan posisi. "Ada tiga tingkatan proses kepemimpinan yang bertahap dimulai dari tingkat paling dasar yaitu memimpin diri sendiri, mengarahkan diri pada hal-hal yang memberi manfaat dan membuang yang tidak berguna, sehingga nantinya mumpuni dalam keterampilan teknisnya dan handal sebagai pemimpin. Baru setelah itu, kita bisa memimpin orang lain hingga akhirnya siap memimpin organisasi," tutur Hendra.

Di akhir seminar, panitia mengumumkan sepuluh mahasiswa yang berhasil mendapatkan kesempatan untuk bertemu dan berdiskusi langsung dengan Chief Executive Officer BCA. Sepuluh orang tersebut merupakan mahasiswa yang dipilih berdasarkan penulisan essai tentang kepemimpinan yang telah dikirimkan sebelumnya. "Langkah kecil bisa memberikan dampak signifikan jika dilakukan terus dengan konsisten. Ambil aksi mulai dari sekarang dan tidak usah muluk-muluk, mulai saja dari hal yang paling kecil, yaitu memimpin diri sendiri," pesan Hendra.