Weather Climate and Colloqium: Tingkatkan Akurasi Proyeksi Iklim dengan Model RCM
Oleh Annisa Mienda
Editor Annisa Mienda


Topik yang diangkat pada kuliah umum tersebut ada kaitannya dengan isu perubahan iklim yang kini sedang hangat diperbincangkan. Menurut I Dewa Gede A. Junaedhi, a Laboratorium Annggotaalisis Meteorologi ITB, isu mengenai perubahan iklim mulanya berawal dari penelitian-penelitian scientific. Penelitian-penelitian tersebut membuat proyeksi iklim di masa depan pada skala global menggunakan model. Akan tetapi, kemampuan model yang digunakan masih terbatas dan hanya dapat merepresentasikan area yang sangat luas. Akibatnya, hasil dari model tersebut menjadi kurang mendetail dan akurat. Guna mendapatkan hasil yang lebih mendetail, dilakukanlah teknik downscaling secara dinamik dengan menggunakan Regional Climate Model (RCM). Dengan RCM, area model dapat diperkecil dan resolusi dapat ditingkatkan sehingga hasil prediksi menjadi lebih mendetail dan akurat. Salah satu jenis model RCM yang kini telah banyak digunakan adalah Weather Research and Forecasting (WRF).

Selain model banjir, hasil dari RCM juga dapat dijadikan input untuk berbagai model lainnya seperti hidrologi, gelombang, dan pertanian. Kini, penggunaan RCM juga banyak diarahkan untuk memperkirakan dampak lingkungan yang dapat terjadi akibat aktivitas manusia, misalnya dampak pembangunan terhadap temperatur dan curah hujan. Apabila dimodelkan secara dinamik, hasil yang diperoleh dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan banjir hingga digunakan untuk perencanaan wilayah dan kota.
Banyaknya manfaat RCM terutama WRF menjadikan model ini telah diaplikasikan hampir di seluruh dunia, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Banyak juga Negara-negara maju yang telah menjadi pengembang model ini, diantaranya Jepang, Korea, Argentina, dan Amerika. Meski demikian, hingga kini Indonesia belum sampai ke tahap pengembang, melainkan masih menjadi konsumen WRF. Diharapkan suatu saat nanti Indonesia juga ikut menjadi salah satu pengembang model WRF yang telah mendunia ini
Sumber gambar: waterinstitute.ufl.edu