Mahasiswa ITB Raih Prestasi di Geotechnical Engineering Case Competition 2025

Oleh Arif Hermawan - Mahasiswa Teknik Sipil 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

Tim mahasiswa dari ITB meraih penghargaan sebagai Juara 2 dan Best Analyst pada Geotechnical Engineering Case Competition (GECC) ITB Civil Engineering Expo (ICEE) 2025. (Dok. tim)

BANDUNG, itb.ac.id – Tiga mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) menorehkan prestasi gemilang dalam ajang Geotechnical Engineering Case Competition (GECC) yang merupakan bagian dari ITB Civil Engineering Expo (ICEE) 2025. Tim Kuya Soludrax, yang terdiri atas Fakhrur Ismail Hidayat, Prayudha Mahezwara, dan Dhafa Kusumah Pradana dari Program Studi Teknik Sipil meraih Juara 2 serta penghargaan Best Analyst dalam kompetisi tersebut.

GECC merupakan kompetisi geoteknik tingkat nasional yang pertama kali diadakan pada tahun 2025 dengan mengusung tema "Implementing Strategies for Stable and Disaster-Prepared Foundation Design". Dalam kompetisi ini, peserta ditantang menyelesaikan studi kasus nyata terkait perancangan fondasi bangunan tinggi yang stabil dan tahan terhadap bencana.

Fakhrur mengungkapkan bahwa kasus yang diberikan cukup kompleks dan menantang. "Yang menjadi tantangan di sini adalah tema sekaligus studi kasus yang harus kami kerjakan. Ini merupakan kasus yang cukup rumit karena melibatkan bangunan sangat tinggi di kawasan perkantoran yang padat. Kami harus menemukan solusi optimal dengan mempertimbangkan berbagai faktor," ujarnya.

Salah satu faktor yang membawa Tim Kuya Soludrax meraih penghargaan Best Analyst adalah inovasi yang diterapkan dalam melakukan analisis geoteknik. Prayudha menjelaskan bahwa timnya melakukan pendekatan yang lebih mendalam dalam mengevaluasi kapasitas fondasi.

”Adanya analisis yang mengevaluasi dan memverifikasi estimasi kapasitas aksial yang didapatkan berdasarkan persamaan empiris. Verifikasi ini dilakukan berdasarkan data static loading test,” ujar Prayudha.

Kompetisi ini terdiri atas dua tahap, yaitu tahap penyisihan dan tahap final. Pada tahap penyisihan, peserta diberikan studi kasus berupa perencanaan fondasi untuk gedung 50 lantai di Jakarta dengan beberapa data teknis pendukung. Tim harus menganalisis kondisi tanah, merancang sistem fondasi sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI), serta menyusun metode konstruksi dan estimasi biaya proyek. Dari tahap ini, lima tim terbaik dipilih untuk melaju ke babak final.

Adapun pada tahap final peserta kembali dihadapkan pada studi kasus baru dengan waktu penyelesaian yang sangat terbatas, yakni hanya 4 jam. Tim harus menyusun rancangan fondasi yang optimal sebelum mempresentasikannya di hadapan dewan juri serta menjawab pertanyaan dalam sesi tanya jawab.

Keberhasilan dalam kompetisi ini menjadi pencapain yang membanggakan bagi tim. Dhafa mengungkapkan perasaanya setelah berhasil meraih dua penghargaan sekaligus.

“Rasanya bisa menang di kompetisi ini benar-benar senang! Campur aduk antara senang, bangga, dan juga lega karena semua usaha dan kerja keras akhirnya terbayar. Dari awal, kompetisi ini bukan cuma soal menang atau kalah, tapi lebih ke pengalaman yang kami dapat selama prosesnya—belajar hal baru, menghadapi tantangan, dan berkembang bareng tim,” ujarnya.

Keberhasilan Tim Kuya Soludrax dalam ajang ini menunjukkan kompetensi mahasiswa ITB dalam bidang geoteknik, terutama dalam analisis dan desain fondasi bangunan tinggi. Prestasi ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi mahasiswa lain untuk terus berinovasi dan mengembangkan solusi konstruksi yang berkelanjutan.

Reporter: Arif Hermawan (Teknik Sipil, 2021)

#prestasi mahasiswa #teknik sipil